Music


03 Maret 2009

INFLASI (4)



BAB 4
KRISIS KEUANGAN NEGARA AMERIKA SERIKAT

Amerika Serikat sedang mengalami krisis keuangan terburuk sejak krisis keuangan atau depresi besar yang terjadi pada 1929. Pada krisis keuangan kali ini Pemerintah Amerika Serikat melakukan penyelamatan terbesar sejak krisis 1929 berupa pemberian dana talangan atau bantuan likuiditas kepada industri keuangannya yang bermasalah sebesar USD 700 miliar atau setara dengan Rp 6.500 triliun (bandingkan dengan krisis keuangan Indonesia tahun 1998-1999 yang memakan biaya sekitar Rp 650 triliun). Bantuan dana talangan ini diputuskan melalui perdebatan panjang selama dua pekan, melibatkan para anggota Kongres dan kantor kepresidenan.

A. Bagaimana Krisis Bermula.
Masyarakat Amerika memiliki kepercayaan bahwa investasi di sektor riil, terutama properti, akan sangat menguntungkan. Akibatnya, orang berbondong-bondong investasi di sana. Sesuai hukum permintaan dan penawaran, saat demand tinggi sementara tidak dibarengi dengan supply yang tinggi pula, harga properti menjadi naik.
Bank-bank utama Amerika menerapkan sistem credit rating, yaitu persyaratan yang harus dipenuhi debitur agar bisa meminjam sejumlah dana untuk membeli rumah. Di antara yang menjadi kriteria adalah jenis pekerjaan, tingkat disposable income, latar belakang keluarga, pendidikan, kesehatan sampai ras, golongan, dan agama.
Adalah yang dinamakan subprime mortgage, yaitu pinjaman kepada pembeli rumah di Amerika yang jaminannya kurang. Hal ini diberlakukan guna menjadi solusi bagi warga miskin di sana mendapatkan rumah. Ketatnya persyaratan kredit ditambah dengan proses yang tidak gampang, menyebabkan para warga miskin itu mengajukan kredit (hipotek) ke lembaga pembiayaan (seperti Fanni Mae, Fredie Mac, AIG, Merill Lynch, Lehman Brothers).
Lembaga pembiayaan ini merupakan pihak penengah antara bank dengan calon pembeli (home loan). Sebenarnya uang tunai yang dimiliki pihak penengah ini hanya sedikit. Dengan agunan surat kepemilikan rumah dari para home loan, lembaga pembiayaan meminjam dana dari bank untuk kemudian dipinjamkan kembali pada para home loan. Dengan demikian, meskipun lembaga pembiayaan hanya memiliki uang satu juta dollar, telah dapat meminjami para home loan 10 juta dollar.
Pertengahan 2008 lalu, harga minyak meroket tajam dan menyebabkan kenaikan biaya produksi. Dampaknya, banyak perusahaan harus memangkas biaya produksi yang bisa dipangkas, seperti memecat sejumlah karyawannya. Dampaknya lagi, karyawan itu tidak mampu membayar cicilan hipotek. Bagaimana bisa mencicil jika pekerjaan saja mereka tidak punya? Karena tidak bisa mencicil, lembaga pembiayaan menyita aset properti yang dihipotekkan. Jika yang terjadi hanya satu dua kasus saja, maka tidak akan ada masalah. Sayangnya, banyak home loan yang tidak mampu membayar cicilan. Akibatnya lembaga pembiayaan harus menyita lebih banyak rumah dan apartemen lagi.
Sementara itu, di sisi lain, lembaga pembiayaan juga harus membayar pihak bank atas dana yang dipinjamnya. Karena tidak ada pemasukan berupa cicilan (uang tunai), lembaga keuangan hanya bisa membayar melalui aset properti hasil sitaan. Padahal, bank hanya mau menerima pembayaran berupa uang tunai. Mau tidak mau, akhirnya lembaga pembiayaan tersebut menjual aset hasil sitaan dengan harga murah. Dan sampai di titik tertentu mereka tidak mampu lagi membayar pinjamannya, hingga terjadi kredit macet (bad debt).
Seperti kita tahu, sumber dana bank adalah dari tabungan dan bunga pinjaman kredit. Ketika masyarakat sudah tidak memiliki dana, mereka akan kesulitan untuk menabung. Ditambah lagi, dengan adanya kredit macet, maka bank-bank ini tidak mampu memperoleh dana untuk operasionalnya. Akibatnya, perbankan di sana kolaps dan krisis pun terjadi. Bush juga sudah mengakui terjadinya hal ini.

B. Manajemen Risiko

Manajemen risiko yang baik dan perilaku yang hati-hati (prudential behaviour) tetap selalu diperlukan oleh setiap lembaga keuangan, termasuk oleh lembaga keuangan yang besar dan kuat seperti Lehman Brothers yang pernah menjadi konsultan ekonomi Indonesia.
Tampaknya kelemahan di bidang manajemen risiko dan sikap yang kurang prudent menjadi penyebab utama timbulnya krisis keuangan di Amerika. Situasi ini diperburuk dengan diabaikannya unsur kualitatif di dalam manajemen risiko karena terlalu percaya pada unsur-unsur kuantitatif.
Bahkan krisis yang terjadi di Amerika ini diwarnai juga dengan perilaku yang manipulatif, serakah, penipuan dan koruptif. Misalnya oknum lembaga keuangan yang memperoleh komisi dari setiap transaksi yang dilakukannya. Hal ini sedang diselidiki oleh penegak hukum di Amerika Serikat.
Dengan terjadinya krisis ini kita dibuat sadar bahwa kita tidak boleh terlalu percaya pada reputasi atau mitos dari lembaga keuangan yang selama ini terkenal hebat dan "sakti" seperti Lehman Brothers. Manajemen risiko yang baik dan sikap yang hati-hati tetap diperlukan dalam pengelolaan dana masyarakat yang ada pada lembaga keuangan.

C. Keterlibatan Wakil Rakyat

Sejak awal terlihat bahwa penyelesaian krisis keuangan di Amerika Serikat melibatkan wakil-wakil rakyat yang ada pada Kongres yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representative) dan para senator (anggota Senat) yang mewakili seluruh negara bagian.
Keterlibatan wakil rakyat ini sangat penting dan esensial karena beberapa alasan. Pertama, penyelamatan sistem keuangan dilakukan untuk kepentingan umum dengan menggunakan uang rakyat (tax payer), sehingga wakil-wakil rakyat harus diikutsertakan.
Kedua, Kongres memiliki kewenangan legislasi (bersama presiden) dan berwenang mengawasi jalannya pemerintahan, sehingga melibatkan Kongres dalam penyelesaian masalah ini secara politis dan yuridis sangat menguntungkan untuk penyelesaian krisis.
Ketiga, dengan melibatkan Kongres yang di dalamnya ada anggota dari berbagai partai politik dan perwakilan negara-negara bagian, terlihat kekompakan legislatif dan eksekutif di dalam menyelesaikan masalah nasional yang berat itu.
Banyak kalangan mengakui bahwa penyelesaian krisis ini juga menunjukkan kerja sama terbaik antara Partai Republik yang berkuasa (eksekutif) dan Partai Demokrat yang menguasai Kongres. Kerja sama ini menunjukkan, walaupun dari partai berbeda mereka dapat bersepakat memecahkan masalah nasional.
Mereka menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan partai.Yang menarik adalah, walaupun partai yang berkuasa di Amerika Serikat berasal dari Partai Republik, tetapi sampai dengan putusan akhir Kongres masih ada sejumlah anggota Partai Republik yang tidak menyetujui pemberian dana talangan.


D. Kurangnya Pengaturan

Di berbagai belahan dunia biasanya sektor keuangan sangat diawasi oleh pemerintah (highly regulated industry) karena ada kepentingan umum yang harus dilindungi. Walau demikian, ternyata untuk masalah kucuran kredit untuk sektor perumahan yang berkualitas kurang prima (subprime mortgage) yang berisiko tinggi, pengaturannya kurang ketat.
Bahkan ada upaya untuk melonggarkan ketentuan di bidang ini. Mungkin masih ada pengaruh paham liberal yang percaya bahwa pasar dan pelaku pasar tidak perlu banyak diatur. Ada invisible hand yang mengatur mekanisme pasar. Sikap mengendurkan pengaturan di bidang yang berisiko ini ternyata mengakibatkan dampak besar yang mengakibatkan ditutupnya berpuluh-puluh lembaga keuangan dan bank.
Hal ini sekaligus membuktikan kegagalan otoritas keuangan di Amerika Serikat. Karena itu karakter industri keuangan yang highly regulated seharusnya tetap dipertahankan karena banyak dana masyarakat yang dikelolanya.
Sehubungan dengan itu Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan perlu tetap mengeluarkan prudential regulation untuk melindungi industri dari risiko yang timbul dan akhirnya dapat merugikan kepentingan umum

E. Obama-McCain Debat Soal Krisis Keuangan

Dua kandidat presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan John McCain, beradu argumentasi soal krisis ekonomi. Keduanya berkali-kali berselisih pandangan tentang sebab dan penanganan krisis ekonomi yang terburuk dalam 80 tahun ini. Perdebatan itu berlangsung Selasa malam waktu setempat atau Rabu (8/10/2008) pagi hari WIB. Demikian seperti dikutip dari Associated Press.
Dalam perdebatan itu, McCain menyerukan langkah pemerintah untuk melindungi para pemilik rumah dari penyitaan hipotek. "Ini yang saya ajukan. Ini bukan usulan Senator Obama, bukan usulan Presiden Bush," kata McCain dalam debat yang dia harapkan dapat menaikkan popularitasnya di atas Obama yang kini lebih unggul.
Sedangkan Obama menyatakan, krisis yang terjadi saat ini merupakan ujung dari kegagalan kebijakan ekonomi selama delapan tahun belakangan ini. "Di mana Presiden Bush didukung oleh Senator McCain," tuding Obama.
Obama, yang merupakan jago Partai Demokrat, menyatakan Bush, McCain, dan beberapa orang yang menderegulasi industri keuangan, telah membuat pasar berlari liar, sementara kesejahteraan tidak turun merata kepada masyarakat.
Tak mau kalah dengan rivalnya itu, McCain menuduh Obama adalah senator terbesar kedua yang menerima donasi individu dari Fannie Mae dan Freddie Mac, dua raksasa hipotek yang beberapa waktu lalu bangkrut.
F. Krisis Amerika, Krisis Dunia
Globalisasi menyebabkan krisis yang terjadi di sebuah negara berdampak pada negara lainnya. Krisis yang terjadi di Amerika Serikat sedikit-banyak akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Tidak ada yang bisa meramalkan kapan krisis di Amerika itu akan berakhir. Dan kapan pula krisis lanjutan akan muncul lagi. Kenyataan ini semakin menyadarkan kita bahwa logika ekonomi tak selalu sejalan dengan kenyataan. Karena itu, tak ada yang bisa disombongkan dari kecanggihan teknologi dan pengetahuan yang telah diraih oleh negara maju seperti Amerika sekalipun.
Kearifan dan kesediaan untuk bekerja sama dengan semua pihak, tanpa diskriminasi dan hegemoni, justru akan memperkuat sinergi dan menutup peluang-peluang terjadinya krisis. Amerika tidak bisa menyombongkan diri sebagai negara adikuasa. Kegagalan dan krisis bahkan bencana alam (topan) yang melanda Amerika belakangan ini menjadi bukti nyata bahwa arogansi tak pernah menyelesaikan masalah. Dan seharusnya hal tersebut memunculkan kesadaran baru bagi pemerintah Amerika untuk bersikap egaliter terhadap negara lain.
G. Dampaknya bagi perekonomian Indonesia
Secara langsung maupun tidak, perekonomian Indonesia pasti akan terpengaruh. Di lantai bursa, misalnya, IHSG anjlok. Ekspor Indonesia yang ke Amerika pun pasti akan terpengaruh, entah itu sekadar berkurang atau malah terhenti sama sekali.
Menurut Budiono, Gubernur BI (KOMPAS 6/10/2008), ada dua dampak utama sebagai imbas krisis ekonomi di AS, yaitu pengeringan likuiditas dan pelambatan ekonomi global. Dampak itu akan mulai dirasakan dalam enam bulan sampai setahun ke depan.
Pengeringan likuiditas, secara gampang boleh diartikan uang yang ada dalam bank akan semakin menyusut. Padahal, bank akan membutuhkan uang kas untuk operasional mereka. Untuk mengatasi permasalahan ini, bank mungkin akan menaikkan bunga deposito dengan harapan dapat menarik dana masyarakat masuk ke bank. Di sisi lain, bunga pinjaman juga akan dinaikkan, yang berarti para debitur bisa jadi akan menerima tagihan cicilan yang melonjak dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Dalam hal pelambatan ekonomi global, aliran kas akan melambat dan menyebabkan perputaran uang dalam dunia usaha juga melambat. Untuk perusahaan-perusahaan besar, mungkin tidak akan terlalu sulit menghadapi pelambatan ini. Yang mungkin perlu mendapat perhatian adalah UKM di Indonesia yang banyak jumlahnya itu.
Penulis berasumsi bahwa fundamental ekonomi cukup baik yang berarti kejatuhan pasar modal Indonesia disebabkan oleh kondisi psikologis berupa kepanikan pelaku pasar. Kenapa investor Indonesia panik? Sebagaimana kita ketahui bahwa pasar modal Indonesia tergolong pasar modal yang sedang berkembang. Parameter keputusan investasi oleh investor lebih dominan ditentukan oleh faktor persepsi (ekspektasi) daripada kinerja fundamental perusahaan sesungguhnya. Temuan konsultan Mc Kinsey & Co (1998) sangat mencengangkan bahwa current earning stream hanya memberi kontribusi 10% saja terhadap nilai pasar perusahaan publik, sisanya 90, adalah growth expectation. Temuan penulis di sektor manufaktur atas masukan Prof. Roy Sembel, juga menghasilkan angka di sekitar itu. Dengan demikian, harga pasar yang terbentuk sesungguhnya adalah harga yang semu yang ditentukan oleh keahlian memengaruhi persespi pasar dan sewaktu-waktu bisa terkoreksi atau terapresiasi bila terdapat bad news atau good news.
Selain itu, dari sisi komposisi investor, ternyata investor yang bermain di pasar modal Indonesia dan berkapital besar serta memiliki keterampilan teknis investasi yang baik adalah investor asing yang jumlahnya diperkirakan 50%. Dengan demikian, sangat logis bila bad news di pasar global, akan direaksi secara negatif bahkan berlebihan. Inilah penyebab indeks harga saham di pasar modal Indonesia terkoreksi dengan cepat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar